Apa itu enau?
Enau
(Arenga pinnata Merr) merupakan tumbuhan berbiji tertutup dimana biji buahnya
terbungkus daging buah. Tanaman ini hampir mirip dengan pohon kelapa.
Perbedaannya, jika pohon kelapa batang pohonnya bersih, maka batang pohon aren
sangat kotor karena batangnya terbalut ijuk yang warnanya hitam dan sangat kuat
sehingga pelepah daun yang sudah tuapun sulit diambil dari batangnya.
Enau (pranala gambar) |
Batang
Kayu untuk berbagai macam peralatan dan bangunan. Batang dapat diambil pati/tepungnya yang dimanfaatkan untuk berbagai macam makanan.
Ijuk
Ijuk dari pohon enau dapat dipintal menjadi tali. Meski agak kaku, tali ijuk ini cukup kuat, awet dan tahan digunakan di air laut. Ijuk dapat pula digunakan sebagai bahan atap rumah, pembuat sikat dan sapu ijuk.
Daun
Daun muda digunakan untuk pembungkus rokok, daun
tua untuk atap, dan lidinya untuk sapu. Bunga
Tandan bunga enau jantan yang mulai mekar dan menghamburkan serbuk sari yang berwarna kuning disadap menghasilkan nira yang biasa juga disebut legen atau saguer. Nira ini bisa dibuat menjadi gula aren, atau jika difermentasi menjadi minuman yang biasa disebut tuak atau saguer.
Buah
Buah enau atau biasa disebut beluluk, caruluk dan lain-lain memiliki 2 atau 3 butir inti biji yang berwarna putih tersalut batok tipis yang keras. Inti biji yang muda diolah dulu, kemudian bisa dijadikan campuran es, kolak, atau dijadikan manisan. Inti biji yang telah diolah, diperdagangkan dengan nama kolang-kaling atau buah atep/buah atap.
Akar
Akar enau mengandung saponin, flavonoida dan polifenol. Obat tradisional sebagai peluruh air seni dan peluruh haid. Menurut penelitian Balittro Departemen Pertanian, akar enau dapat digunakan sebagai obat herbal batu ginjal. Bahan kerajinan anyaman (Dishut Jateng, 2009).
Terus terang, saya mulai tertarik untuk menulis tentang enau adalah ketika saya pulang dari salah satu kawasan konservasi (CA Raya Pasi) yang dikelola BKSDA Kalbar tercinta, dimana saat ini saya dkk melihat pengrajin sapu ijuk sekaligus pedagang ijuk di pinggir jalan. Tergelitik akan keingintahuan darimana mereka mendapatkan bahan baku dan berapa harga jual sapu ijuk maupun bahan bakunya, saya meminta kawan-kawan yang pada saat itu bersama saya yaitu Icuk dan Alan untuk sedikit melakukan interogasi atau wawancara singkatlah. Karena terus terang, jauh dari lubuk hati saya yang paling dalam mengatakan kalau bahan baku ijuk tersebut bersumber dari CA Raya Pasi, karena memang banyak terdapat di dalam kawasan dan jarak tempuh yang tidak terlalu jauh.
- Tanaman enau adalah tanaman multi manfaat, hampir tidak ada bagian dari tanaman ini yang dibuang baik dari akar sampai daun (sudah ditulis pada paragraf sebelumnya)
- Hasil penelitian Endri Martini dkk dari ICRAF di Batang Toru, Sumatera Utara (2009) dapat dijadikan salah satu referensi betapa tanaman aren jika dikelola dengan baik akan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar kawasan.
Beberapa poin penting dari penelitian tersebut adalah:
- Satu pohon enau bisa memproduksi 10-30 liter nira/hari (tergantung iklim dan kondisi pohon). Dari 30-100 liter nira, dapat dihasilkan gula aren sebanyak 10-30 kg dan dijual Rp 9.000,-/kg (harga pada saat itu). Sekarang harga jual gula aren sekitar Rp 12.500,-/kg (Agromart, 7 Pebruari 2012). Selain dijadikan gula aren, air nira juga dijadikan tuak dan dijual di lapo-lapo ( warung) di desa. Jika dalam seminggu pemilik kedai memproduksi dan menjual tuak sebanyak 15 liter, maka dalam sebulan bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp 100.000,- dari satu pohon enau.
- Selain menghasilkan gula aren dan tuak, tanaman enau juga menghasilkan ijuk tetapi hanya bisa dipanen 2-3 kali/tahun dan sekali panen dapat menghasilkan 5 kg ijuk/pohon dengan harga jual saat itu Rp 2.000,-/kg.
- Hasil lainnya dari tanaman enau adalah buahnya yang lebih dikenal dengan nama kolang- kaling yang dipanen setiap 2 tahun sekali. Sekitar 100 kg/pohon sekali panen dan dijual dengan harga Rp 3.000,-/kg.
Salah satu kesimpulan yang dapat saya buat dari penelitian tersebut adalah menanam enau dan memanfaatkan bagian-bagian tanamannya dengan cara-cara yang sederhana sekalipun, ternyata cukup menjanjikan.
- Jenis ini bisa tumbuh baik di berbagai ketinggian tempat dan juga tumbuh subur di tengah pepohonan dan semak-semak. Selain itu, tanaman yang banyak ditemukan di Indonesia ini tidak membutuhkan pemupukan dan tidak terserang hama ataupun penyakit yang mengharuskan penggunaan pestisida sehingga aman bagi lingkungan (Dishut Jateng, 2009).
- Tanaman ini tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus dan tidak memerlukan pemeliharaan yang intensif, dapat tumbuh pada tanah liat, berlumpur dan berpasir, pada ketinggian antara 9 – 2000 m dpl dengan curah hujan lebih dari 1.200 mm setahun. Dalam satu hektar tanah bisa ditanami 75 - 100 pohon (http://ditjenbun.deptan.go.id, 2009).
- Perbanyakkan dapat dilakukan secara generatif dengan biji
- Masyarakat sekitar kawasan hutan rata-rata mata pencaharian mereka adalah petani dan pasti sudah tahu dan mengenal tanaman enau ini sehingga tidak terlalu sulit untuk membuka wawasan mereka tentang harapan jika menanam enau di lahan yang mereka miliki
No comments:
Post a Comment